KESIAPAN MENGHADAPI UN
A.KESIAPAN MENTAL DALAM BELAJAR
Kalau kita membaca judul di atas maka kita dapat
mengatakan bahwa pertanyaan tersebut sangat sederhana, tetapi kalau kita
mau menjawab secara benar dan jujur maka kita semua perlu sekali untuk
merenung sejenak sebelum menjawab pertanyaan yang sederhana tersebut.
Jawaban dari pertanyaan yang sederhana tesebut antara peserta didik yang
satu akan berbeda dengan yang lain. Mungkin ada sekelompok peserta
didik yang menjawab: ”saya belum siap sama sekali untuk ujian”.,Mungkin
ada yang menjawab: ”saya cukup siap untuk ujian”. dan juga ada
sekelompok siswa yang menjawab: ”saya sudah sangat siap untuk ujian”.
Tugas pokok seorang peserta didik (pelajar) adalah belajar, yang
mana sudah cukup lama kurang lebih 10 (sepuluh) tahun peserta didik yang
duduk di bangku kelas IX melaksanakan kegiatan yang disebut belajar.
Namun tidak sedikit diantara para peserta didik yang tidak memiliki
pengetahuan (ilmu) untuk belajar. Dengan kata lain kegiatan belajar itu
perlu dipelajari (learning to learn). Learning to learn mengandung arti
bahwa dalam kegiatan belajar itu peserta didik perlu sekali
mempelajarinya, sehingga peserta didik dapat belajar secara efektif dan
efisien. Dengan belajar efektif dan efisien maka peserta didik dapat
belajar dengan hasil yang optimal.
Sebelum melaksanakan kegiatan belajar, hal yang sangat penting
adalah adanya kesiapan- kesiapan mental (psikis) yang harus dimiliki
oleh para peserta didik. Dengan kata lain sebelum belajar para peserta
didik perlu menyiapkan kondisi mental yang mendukung. Adapun kondisi
mental yang harus disiapkan antara lain:
1.Motivasi
2.Konsenterasi
3.Rasa percaya diri
A.Motivasi Belajar
Sebagai ilustrasi, terjadi pada 3 (tiga) peserta didik yang mana peserta
didik pertama yang tampak segan dalam belajar, karena tidak mengetahui
kegunaan mata pelajaran sekolah. Hasil belajar peserta didik tersebut
tergolong rendah. Seteleh guru memberi informasi tentang pentingnya
kegunaan mata pelajaran, peserta didik tersebut mengubah perilaku
belajarnya. Peserta didik tersebut tampak semakin rajin belajar dan
hasil belajar akhir semester menjadi tergolong baik. Peserta didik kedua
tampak segan belajar karena urusan pergaulan dengan teman sekolahnya.
Awalnya peserta didik ke dua ini sangat rajin belajar dan termasuk siswa
yang berprestasi dalam kelasnya. Tapi karena suatu hal, terjadi
keretakan persahabatan dengan sahabat karibnya satu kelas. Keretakan
hubungan tersebut mengubah perilaku belajarnya menjadi malas dan hasil
belajarnya menurun. Setelah guru pembimbing menghubungi sekelas dan
orangtua peserta didik tersebut, peserta didik tersebut mengubah
perilaku belajarnya. Peserta didik tersebut tampak belajar lebih
bersemangat, dan hasil belajarnya menjadi lebih baik. Peserta didik
ketiga adalah peserta didik yang rajin dan bersemangat belajar tinggi.
Padahal peserta didik tersebut juga mengalami keadaan yang mengganggu
konsenterasi belajarnya, yang mana peserta didik tersebut berasal dari
keluarga yang kurang mampu sehingga terpaksa masih tinggal bersama- sama
keluarga orang tuanya (tinggal di rumah nenek). Namun demikian peserta
didik tersebut mampu mengatasi gangguan dan hambatan belajarnya. Peserta
didik tersebut menggunakan kesempatan jam istirahat untuk belajar di
perpustakaan, yang mana pada saat yang sama teman-temannya ramai-ramai
ke kantin. Dengan kesadaran yang tinggi tentang kondisi orangtua dan
pentingnya masa depan, peserta didik ketiga selalu selalu pandai
menggunakan waktu luang. Usaha yang dia lakukan ternyata tidak sia-sia,
dia selalu menduduki peringkat atas setiap penerimaan rapot.
Dari tiga contoh peserta didik tersebut di atas dapatlah diambil
kesimpulan bahwa salah satu faktor yang penting dalam belajar adalah
adanya motivasi dalam diri peserta didik. Pada contoh peserta didik
pertama, motivasi peserta didik yang rendah menjadi lebih baik setelah
peserta didik memperoleh informasi yang benar Pada contoh peserta didik
yang kedua motivasi dapat menjadi rendah dan dapat diperbaiki kembali.
Pada contoh peserta didik ketiga, motivasi belajar tinggi karena
memiliki kesadaran yang tinggi tentang masa depan dan ingin memenuhi
harapan orang tua.
Motivasi pada hakekatnya adalah suatu kekuatan atau dorongan
psikis pada diri individu untuk melakukan kegiatan atau tindakan dalam
rangka mencapai tujuan. Motivasi belajar adalah suatu dorongan
(keinginan) atau kekuatan mental pada peserta didik yang menjadi
penggerak untuk belajar. Dari ulasan di atas dapatlah ditarik kesimpulan
bahwa motivasi sangatlah penting untuk dimiliki peserta didik dalam
rangka untuk meraih kesuksesan dalam belajar.
Dalam rangka keberhasilan ujian maka dalam belajarnya seorang
peserta didik perlu sekali memiliki semangat yang tinggi, ulet dan
pantang menyerah dalam belajarnya. Sesuai dengan hakekat belajar
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan mengulang- ulang maka
seorang peserta didik jika dalam belajar belum menguasai materi yang
dipelajari dengan baik maka peserta didik tersebut haruslah bersemangat
dan kerja keras untuk mengulang dan mengulang dalam mempelajari materi
tersebut sampai benar- benar menguasainya dengan baik.
B.Konsenterasi
Belajar yang ideal sehari 4 (empat) jam dalam kondisi
konsenterasi. Belajar lebih dari 4 (empat) jam tetapi tidak dengan
konsenterasi maka hasilnya akan sia-sia dan membuang energi percuma.
Sering terjadi dalam kegiatan belajarnya, peserta didik dalam belajar
secara fisik duduk menghadapi buku pelajaran tetapi pikirannya
melayang-layang tidak menentu. Selesai membaca halaman kedua tidak ingat
lagi materi yang dipelajari pada halaman pertama. Atau saat membaca
halaman ketiga sudah lupa apa-apa isi materi yang barusan dipelajari
pada halaman sebelumnya. Kenapa demikian ? Jawabannya adalah sangat
sederhana: karena pada saat peserta didik belajar tidak konsenterasi.
Contoh gampang untuk memahami konsenterasi adalah seorang pemburu
burung atau binatang lainnya yang bersenjatakan senapan. Dalam menembak
sasaran seorang pemburu perlu sekali memiliki daya konsenterasi yang
tinggi. Tanpa daya konsenterasi yang tinggi sasaran tembak akan meleset
tidak mengenai sasaran. Belajar pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan
peristiwa seorang pemburu dalam menembak buruannya.
Konsenterasi pada dasarnya adalah pemusatan fikiran (fokus) pada
segala sesuatu yang sedang dihadapi. Konsenterasi belajar adalah
kemampuan peserta didik untuk memusatkan pikiran dan perasaan
(perhatian) pada pelajaran yang sedang dipelajari. Daya konsenterasi
pada individu pada dasarnya bisa ditumbuh kembangkan. Menumbuh
kembangkan konsenterasi dapat dilakukan dengan latihan berulang-ulang.
Berdasarkan pengalaman penulis, saat yang tepat melatih menumbuh
kembangkan konsenterasi adalah belajar pada pagi hari menjelang dan
setelah subuh. Karena pada saat – saat tersebut otak kita masih fresh
dan suasana hening. Jika peserta didik terbiasa belajar pada saat
tersebut maka dia akan memiliki daya konsenterasi yang tinggi sehingga
walaupun peserta didik tersebut belajar ditempat yang kurang mendukung
(ramai) peserta didik tersebut niscaya masih bisa belajar dengan
konsenterasi.
Dalam rangka untuk menumbuh kembangkan daya konsenterasi pada
diri peserta didik maka peserta didik tersebut dalam belajarnya perlu
sekali mendisplinkan diri dengan baik dan butuh kerja keras yang
dilandasi rasa keyakinan untuk berhasil.
C.Rasa Percaya Diri.
Sering kita membaca atau mendengar pepatah yang mengatakan
”mengalah sebelum berperang”. Pepatah tersebut ternyata sering terjadi
pada saat peserta didik menghadapi ujian. Banyak peserta didik yang
cemas atau takut sedemikian rupa menjelang ujian karena beberapa faktor
sehingga hasil ujiannya tidak maksimal, dan tidak sedikit yang berakibat
fatal sehingga berujung pada kegagalan. Kenapa hal ini bisa terjadi ?
Karena tidak lain dan tidak bukan disebabkan peserta didik tidak
memiliki rasa percaya diri saat ujian. Jika kita sudah belajar dengan
baik dan usaha yang maksimal, jangan lupa kita juga harus berdo’a.
Dengan pendekatan diri pada sang pencipta akan timbul rasa tenang dan
nyaman. Rasa percaya diri tersebut akan timbul kuat pada diri peserta
didik kalo peserta didik tersebut sudah merasa benar- benar siap lahir
dan batin untuk ujian. Nah, kalo sudah memiliki rasa percaya diri
sedemikian rupa maka siapapun yang jaga ujian, dimanapun bangku tempat
duduk kita saat ujian dll tidak akan membuat kita takut atau grogi saat
ujian. Dan kemungkinan besar hasil ujian kita akan sesuai harapan.
B.HAL – HAL LAIN YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM BELAJAR
Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara
sengaja melalui membaca(memahami, menghafal, menelaah dll) dan
latihan-latihan yang dilakukan dengan berulang-ulang sehingga individu
yang melakukan kegiatan tersebut terjadi perubahan pada dirinya.
Perubahan tersebut antara lain dari belum tahu menjadi tahu, dari belum
paham menjadi memahami, dari belum bisa menjadi bisa dan lain-lain.
Selain kesiapan mental dalam belajar ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan sehingga hasil belajar bisa optimal. Kondisi yang perlu
diperhatikan antara lain:
1.Kondisi fisik harus sehat.
Kesehatan jasmani merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan belajar. Sehubungan dengan hal tersebut maka
peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar sangatlah perlu
menjaga kesehatan tubuh. Untuk menjaga tubuh tetap prima maka perlu
sekali peserta didik memiliki pola makan yang sehat, dalam arti
mengkonsumsi makanan yang bernutrisi sesuai kebutuhan tubuh kita. Selain
mengkonsumsi makanan yang bernutrisi juga perlu sekali melakukan
kegiatan olah raga. Jika kita tidak sehat maka aktivitas belajar kita
akan tertanggu. Kita ambil contoh sederhana saja jika pada saat belajar
untuk menghadapi ujian peserta didik sakit flu (pilek) betapa
tersiksanya atau terganggunya peserta didik dalam belajarnya. Sehubungan
dengan hal tersebut di atas maka sangatlah penting sekali peserta didik
untuk senantiasa menjaga kesehatannya menjelang ujian.
2.Tempat belajar
Tempat belajar sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan
peserta didik dalam belajarnya, Kita ambil contoh yang sangat sederhana
saja, jika kondisi tempat belajar peserta didik kurang mendukung (tidak
rapi) , banyak orang yang lalu lalang dll maka dapat dipastikan kondisi
seperti itu sangatlah kurang mendukung keberhasilan peserta didik dalam
belajarnya. Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam rangka
keberhasilan belajar tempat belajar haruslah memenuhi syarat untuk dapat
belajar dengan baik.
3.Belajar perlu istirahat
Daya tahan individu satu dengan yang lain dalam hal belajar
berbeda-beda. Ada individu yang memiliki daya tahan belajar kuat atau
tangguh tapi ada juga yang mudah mengalami kelelahan dalam kegiatan
belajarnya. Kegiatan belajar yang merupakan aktifitas psikis yang pada
dasarnya tidak berbeda dengan kegiatan yang bersifat fisik, sehingga
dalam batas tertentu perlu istirahat. Sehingga jika dalam melakukan
kegiatan belajar yang berlebihan tanpa istirahat maka akan berakibat
kurang baik , otak menjadi lelah. Salah satu gejala kelelahan otak
antara lain timbul rasa pusing- pusing, sulit konsenterasi, cepat lupa,
dll. Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka kegiatan belajar perlu
istirahat secukupnya, yang fungsinya adalah untuk mengendapkan bahan
pelajaran yang kita pelajari sehingga akan mudah kita keluarkan (recall)
pada saat kita butuhkan yaitu pada waktu ujian
Orientasi Tentang Sekolah Lanjutan
Rina sekarang duduk di kelas IX menginjak semester genap,
dia merasa bingung sehubungan dengan sekolah lanjutan yang cocok dengan
cita-citanya. Dia lahir di lingkungan seorang pendidik, orang tua
perempuannya sangat berharap Rina kelak menjadi seorang guru sementara
ayahnya memberi kebebasan dia dalam menentukan jenis pekerjaan atau
karirnya kelak. Dalam hal mendidik anak, sang ayah sangatlah tegas dalam
memberi rambu-rambu belajar yaitu seorang anak jika ingin membahagiakan
orang tua salah satunya harus mampu menunjukkan prestasi yang baik
termasuk dalam hal prestasi belajar. Ayah Rina sering memberi
contoh-contoh riil anak-anak yang berprestasi termasuk saudara dari ayah
Rina di kampung yang rata-rata berprestasi dalam sekolahnya. Sementara
sang ibu lebih luwes dan berusaha memahami anak dalam belajar. Dalam
diri Rina muncul suatu angan-angan atau lebih tepatnya rasa beban
sehubungan dengan pendidikannya. Karena sang ibu berpendidikan sarjana
(S1) satu sisi sang ayah berpendidikan pasca sarjana (S2) sehingga dia
merasa minimal harus duduk di bangku perkuliahan. Rina mempunyai
cita-cita ingin menjadi seorang ilmuwan dalam ilmu eksakta.
Dari contoh di atas tidak meutup kemungkinan juga dirasakan oleh
para peserta didik yang lain yang saat ini duduk di kelas IX semester
genap, dimana peserta didik merasa kebingungan memilih pendidikan
lanjutan yang sesuai untuk dirinya sendiri dan kadang-kadang
permasalahan semakin berat mana kala adanya campur tangan orang tua.
Jika orang tua bijak maka akan semakin terbantu permasalahan peserta
didik. Tetapi permasalahan akan semakin berat manakala orang tua
memaksakan kehendak pada peserta didik dalam memilih pendidikan
lanjutan. Orang tua yang bijak adalah masih tetap menghargai anak dan
memberikan alternatif-alternatif yang bijak pula. yang Permasalahan
tersebut tidak boleh dipandang enteng, karena menyangkut masa depan
peserta didik.
Sehubungan dengan sekolah lanjutan yang merupakan permasalahan
yang sedang dihadapi oleh peserta didik, maka ada beberapa hal (faktor)
yang perlu diperhatikan sebagai berikut:
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan sebelum menentukan pemilihan sekolah lanjutan.
Permasalahan yang dihadapi Rina adalah suatu masalah yang wajar dan
tidak menutup kemungkinan masalah tersebut juga dihadapi oleh orang
lain. Pada dasarnya dalam memilih sekolah lanjutan ada beberapa faktor
yang perlu diperhatikan yaitu:
1.Faktor Bakat
2.Faktor Minat
3.Faktor Kemampuan (internal dan eksternal)
A.Faktor Bakat
Tentang Bakat ada beberapa pendapat antara:
1.William B.Michael: kemampuan individu untuk melakukan tugas , yang
sedikit sekali tergantung kepada latihan mengenai hal tersebut.
2.Woodworth dan Marquis: bakat adalah kemampuan (ability)
yang meliputi achievement( actuality ability), capacity (potential
ability) dan aptitude
Achievement merupakan actual ability , yang dapat diukur langsung dengan alat atau tes tertentu.
Capacity merupakan potential ability , yang dapat diukur tidak langsung dengan melalui pengukuran terhadap kecakapan individu, dimana kecakapan ini berkembang dengan perpaduan antara dasar dengan training yang intensif dan berpengalaman.
Aptitude, yaitu kwalitas yang hanya dapat diungkap / diukur dengan tes khusus yang sengaja dibuat untuk itu.
Pendapat tentang bakat masih banyak lagi, tetapi sebagai gambaran yang
gampang sesuai dengan pendapat William B.Michael adalah sebagai berikut:
Putri adalah siswi yang mempunyai bakat melukis dan mempunyai tingkat
penalaran tinggi dalam mengapresiasikan suatu permasalahan, berbeda
dengan Tika yang tidak memiliki bakat melukis, Putri akan lebih cepat
dan hasil yang lebih baik dalam melaksanakan tugas melukis dibandingkan
Tika walaupun antara Putri dan Tika mendapatkan materi pelajaran dari
guru yang sama dan dalam waktu yang bersamaan juga. Lebih jauh lagi
seorang siswa yang bernama Putri tersebut akan berhasil jika melanjutkan
sekolah ke SMA dalam rangka mempersiapkan diri kejenjang perguruan
tinggi misalnya jurusan arsitektur.
B.Faktor Minat
Minat pada dasarnya adalah rasa ketertarikan individu pada suatu
hal (aktifivas). Minat merupakan suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai
sesuatu. Minat merupakan kekuatan dari dalam diri individu dan tampak
dari luar sebagai suatu aktivitas. Dalam berfungsinya minat ini
merupakan perpaduan antara fikiran dan perasaan.
Sebagai suatu gambaran, Farida adalah seorang siswi yang sangat menaruh
minat gberhasil mendalami ilmu beladiri karate dibandingkan dengan anak
lain yang kurang memiliki minat pada ilmu beladiri karate walaupun
mereka berlatih bersamaan dengan pelatih yang sama.
C.Faktor Kemampuan
Faktor kemampuan pada dasarnya secara garis besar dibagi 2 (dua)yaitu:
1.Kemampuan internal, yaitu kemampuan yang berasal dari diri individu itu sendiri, yaitu kemampuan intelektual.
2.Kemampuan eketernal, yaitu suatu kemampuan yang berasal dari luar diri
individu yang sangat mendukung terealisasinya cita-cita yaitu kemampuan
ekonomi orang tua walaupun sifatnya tidak mutlak.
Jenis-jenis Sekolah Lanjutan
Pada dasarnya sekolah lanjutan setelah jenjang SMP secara garis besar dapat dibagi 2 (dua) yaitu:
1.Sekolah Menengah Atas ( SMA )
2.Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK )
I.Sekolah Menengah Atas ( SMA ) adalah sekolah lanjutan setelah jenjang
SMP yang bersifat umum. Peserta didik yang mempunyai cita-cita untuk
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi lagi (kuliah) adalah tepat
sekali jika setelah SMP melanjutkan ke SMA. Program / jurusan di SMA ada
3 (tiga) yaitu:
1.Program / Jurusan IPA
2.Program / Jurusan IPS
3.Program / Jurusan Bahasa.
II.Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK ) adalah sekolah
lanjutan setelah jenjang SMP yang bersifat khusus, sehingga diharapkan
setelah lulus jenjang ini peserta didik bisa langsung memasuki dunia
kerja. Jenis Sekolah Menengah Kejuruan bermacam-macam antara lain:
1.STM (Sekolah Teknologi Menengah)
a.Mesind. Bangunan / sipil
b.Listrike. Informatika
c.Elektronikaf. dan lain-lain
2.SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Atas)
a.Akuntansi
b.Perkantoran
3.Sekolah Pelayaran Menengah
a.Nautika
b.Mesin
c.Dan lain-lain
4.Sekolah Menengah Farmasi (SMF)
5.Sekolah Menengah Industri Pariwisata (SMIP)
6.Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR)
7.Sekolah Menengah Analis Kesehatan (SMAK)
8.Dan lain-lain
Selain sekolah yang ditempuh melalui jalur formal ada beberapa jenis
sekolah lanjutan yang non formal, yang mana sekolah ini lebih banyak
dikenal dengan nama kursus-kursus ketrampilan. Para lulusan kursus
ketrampilan diharapkan lebih siap masuk dunia kerja daripada lulusan
sekolah lanjutan yang bersifat formal. Adapun jenis kursus-kursus
ketrampilan tersebut antara lain:
1.Kursus Komputer4. Kursus Montir
2.Kursus Menjahit / modes5. Dan lain-lain
3.Kursus Elektronika
Dengan mengetahui atau memahami bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki maka peserta didik akan lebih mudah menentukan pilihan sekolah lanjutan yang diinginkan. Misalnya seorang peserta didik yang memiliki bakat dan minat di bidang otomotif, memiliki kemampuan internal (kecerdasan) yang mendukung di sisi lain kemampuan eksternal (kemampuan ekonomi orang tua) kurang mendukung maka peserta didik tersebut bisa melanjutkan ke SMK jurusan otomotif. Setelah lulus dan bekerja siswa tersebut bisa melanjutkan pendidikan tinggi jurusan otomotif. Sehingga walaupun kemampuan eksternal (ekonomi orang tua) kurang mendukung selama peserta didik memilih pendidikan lanjutan yang tepat dan memiliki semangat belajar tinggi maka bukan suatu hal yang mustahil jika peserta didik tersebut akan berhasil.
BAB 2 : NAPZA
Pengertian NAPZA
NAPZA merupakan akronim dari Narkoba, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya yang merupakan jenis obat-obatan yang dapat mempengaruhi
gangguan kesehatan dan kejiwaan.
NAPZA secara umum adalah zat-zat kimiawi yang apabila dimasukkan kedalam
tubuh baik secara oral (diminum, dihisap, dihirup dan disedot) maupun
disuntik, dapat mempengaruhi pikiran, suasana hati, perasaan dan
perilaku seseorang. Hal ini dapat menimbulkan gangguan keadaan sosial
yang ditandai dengan indikasi negatif, waktu pemakaian yang panjang dan
pemakaian yang berlebihan (Lumbantobing, 2007).
Menurut UU RI No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika menyebutkan bahwa:
- Narkotika adalah suatu zat atau obat yang berasal dari tanaman maupun bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang menyebabkan penurunan dan perubahan kesadaran, mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri serta dapat menimbulkan ketergantungan secara fisik maupun psikologik.
- Psikotropika adalah setiap bahan baik alami ataupun buatan bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif mempunyai pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
- Zat Adiktif yaitu bahan lain yang bukan Narkotika atau Psikotropika yang merupakan inhalasi yang penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan, misalnya lem, aceton, eter, premix, thiner dan lain-lain.
Penyalahgunaan NAPZA yaitu pemakaian obat-obatan untuk sendiri tanpa
indikasi medik, tanpa petunjuk atau resep dokter, baik secara teratur
atau berkala sekurang-kurangnya selama satu bulan. Pada penyalahgunaan
ini cenderung terjadi toleransi tubuh yaitu kecenderungan menambah dosis
obat untuk mendapat khasiat yang sama setelah pemakaian berulang.
Disamping itu menyebabkan sindroma putus obat (withdrawal) apabila
pemakaian dihentikan (Hawari, 2000).
Jenis-jenis NAPZA
a. Narkotika
Menurut UU No. 22 Tahun 1997 tentang narkotika, narkotika dikelompokkan kedalam tiga golongan yaitu:
- Narkotika golongan I adalah narkotika yang dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: heroin, kokain, ganja.
- Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan, digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: morfin, petidin, turunan garam dalam golongan tertentu.
- Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat dalam pengobatan yang banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan menyebabkan ketergantungan. Misalkan: kodein, garam-garam narkotika dalam golongan tertentu.
b. Psikotropika
Menurut UU No. 5 Tahun 1997 tentang psikotropika yang dapat dikelompokkan kedalam empat golongan:
- Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi yang amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Yang termasuk golongan ini yaitu: MDMA, ekstasi, LSD, ST
- Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat menimbulkan ketergantungan. Contoh: amfetamin, fensiklidin, sekobarbital, metakualon, metilfenidat (Ritalin).
- Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang menyebabkan ketergantungan. Contoh : fenobarbital dan flunitrasepam.
- Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang mempunyai khasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh: diazepam, klobazam, bromazepam, klonazepam, khlordiazepoxiase, nitrazepam (BK, DUM, MG).
c. Zat Adiktif
Zat adiktif merupakan penghantar untuk memasuki dunia penyalahgunaan
Narkoba. Pada mulanya seseorang nyicip zat adiktif ini sebelum menjadi
pecandu aktif.
Zat adiktif yang akrab ditelinga masyarakat ialah nikotin dalam rokok
dan etanol dalam minuman beralkohol dan pelarut lain yang mudah menguap
seperti aseton, thiner dan lain-lain.
Baca Juga
- Ciri, Permasalahan dan Terapi Anak Down Syndrome
- Fungsi, Aspek dan Jenis-jenis Diet
- Manfaat, Komponen dan Sumber Serat Pangan
Dalam KEPRES tahun 1997, minuman yang mengandung etanol yang diproses
dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara
fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, maupun yang
diproses dengan mencampur konsentrat dengan etanol atau dengan cara
pengenceran minuman mengandung etanol.
Minuman alkohol dibagi menjadi 3 golongan sesuai dengan kadar alkoholnya yaitu:
- Golongan A adalah minuman beralkohol dengan kadar etanol 1% – 5% Contoh : bir, greend sand.
- Golongan B adalah minuman beralkohol dengan kadar etanol 5% – 20% Contoh : anggur kolesom.
- Golongan C adalah minuman beralkohol dengan kadar etanol 20% – 55% Contoh : arak, wisky, vodka.